Yayasan JALIN adalah organisasi nirlaba yang memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat.
Yayasan JALIN menerapkan praktik-praktik terbaik Komunikasi Perubahan Sosial dan Perilaku (KPP) untuk memastikan masyarakat memiliki seluruh informasi yang mereka butuhkan sebelum mereka mengambil keputusan berkaitan dengan kesehatan diri sendiri, keluarga, komunitas dan masyarakat mereka.
Sebagai organisasi nirlaba, aspirasi Yayasan JALIN adalah untuk meningkatkan kualitas hidup di Indonesia. Dengan menerapkan berbagai praktik terbaik di bidang Perubahan Sosial dan Perilaku, kami memastikan semua orang menerima informasi yang memadai sebelum mereka membuat keputusan terkait dengan kesehatan untuk diri mereka sendiri, keluarga, serta komunitas mereka.
Dalam kurun waktu setahun sejak didirikan, Yayasan JALIN telah bermitra dengan:
Visi Yayasan JALIN adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui komunikasi untuk perubahan perilaku. Visi ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Komunikasi adalah sarana untuk mengubah perilaku demi meningkatkan kualitas kehidupan manusia, yang pada akhirnya memberi kesejahteraan di tingkat individu, komunitas, dan masyarakat.
Dian Rosdiana adalah Direktur Eksekutif sekaligus anggota Dewan Pengurus Yayasan Jalin, jabatan yang telah dipegangnya sejak April 2023. Dengan latar belakang pendidikan di bidang Antropologi dan Komunikasi, beliau memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun menerapkan intervensi perubahan perilaku dan sosial di berbagai isu kesehatan seperti Filariasis, Kesehatan Remaja, Ibu dan Anak, HIV/AIDS, Keluarga Berencana/Kesehatan Reproduksi, Flu Burung, dan COVID-19.
Dian Rosdiana adalah Direktur Eksekutif sekaligus anggota Dewan Pengurus Yayasan Jalin, jabatan yang telah dipegangnya sejak April 2023. Dengan latar belakang pendidikan di bidang Antropologi dan Komunikasi, beliau memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun menerapkan intervensi perubahan perilaku dan sosial di berbagai isu kesehatan seperti Filariasis, Kesehatan Remaja, Ibu dan Anak, HIV/AIDS, Keluarga Berencana/Kesehatan Reproduksi, Flu Burung, dan COVID-19.
Sebagian besar perjalanan karir Bu Dian didedikasikan untuk pekerjaannya sebagai Senior SBCC Officer di Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP). Beliau memperoleh pengetahuan dan keterampilan manajemen saat menjabat sebagai Direktur Eksekutif di sebuah organisasi nirlaba yang membangun kolaborasi multisektor antara sektor publik, dunia usaha, dan organisasi masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia.
Dian Rosdiana juga aktif di dewan pengurus Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) sebagai Sekretaris Jenderal. Dalam kapasitasnya sebagai pengurus, beliau memiliki kompetensi unik untuk mengembangkan pendekatan sosial budaya yang memegang peran utama dalam upaya meningkatkan dan melindungi kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan seluruh makhluk hidup.
Dian juga pernah bekerja sebagai staf penuh waktu dan/atau konsultan di berbagai organisasi seperti World Health Organization, UNAIDS, The Palladium, Family Health International, Development Alternatives Inc., Public Health Institute, Research Triangle Institute, dan Jhpiego.
Pak Eddy memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Indonesia, dan Master of Science untuk Ilmu Kependudukan dari Florida State University, Amerika Serikat. Beliau memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun sebagai pegawai negeri sipil di BKKBN, sebagai Direktur Program Remaja (2000-2006), Kepala Pusat Pelatihan dan Kerja sama Internasional (2006-2011) dan Direktur Kerja Sama Pendidikan Kependudukan (2011-2015).
Pak Eddy memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Indonesia, dan Master of Science untuk Ilmu Kependudukan dari Florida State University, Amerika Serikat. Beliau memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun sebagai pegawai negeri sipil di BKKBN, sebagai Direktur Program Remaja (2000-2006), Kepala Pusat Pelatihan dan Kerja sama Internasional (2006-2011) dan Direktur Kerja Sama Pendidikan Kependudukan (2011-2015).
Setelah mengabdi sebagai PNS, Pak Eddy bergabung dengan Johns Hopkins Center for Communication Programs/Indonesia sebagai Senior Technical and Program Officer di kantor CCP/Indonesia. Beliau terlibat dalam kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja, Strategi Konseling Berimbang dan Pembinaan Kepemimpinan di bawah program PilihanKu dengan dukungan dana Gates Foundation. Pak Eddy juga mengembangkan kegiatan diskusi Panel Ahli di bawah proyek Breakthrough Action COVID-19 yang didanai USAID.
Di tahun 2014, Pak Eddy turut bergabung dalam Tim Teknis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Beliau menjadi anggota tim UNFPA Indonesia dan Bappenas yang menangani isu Kependudukan, Keluarga Berencana/Kesehatan Reproduksi, dan Pembangunan Keluarga dalam penyusunan RPJMN.
Pak Eddy telah bergabung dalam Dewan Pengawas Yayasan JALIN sejak Mei 2021.
Dr. Riris memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara dari Universitas Diponegoro (1996), Magister Administrasi Publik dari Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia (2004) dan Doktor Ilmu Administrasi dari FISIP, Universitas Indonesia di tahun 2017.
Dr. Riris memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara dari Universitas Diponegoro (1996), Magister Administrasi Publik dari Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia (2004) dan Doktor Ilmu Administrasi dari FISIP, Universitas Indonesia di tahun 2017.
Dr. Riris telah menjadi peneliti selama 25 tahun, sejak tahun 1997 di DPR RI, dan dilanjutkan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di tahun 2022. Selaras dengan keahlian beliau yang luas, Dr. Riris saat ini menjadi Peneliti Utama di bidang Politik, Birokrasi, dan Otonomi Daerah, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan Otonomi Khusus. Dr. Riris juga menjadi dosen tidak tetap di Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia.
Dr. Riris memiliki banyak pengalaman dalam penyusunan peraturan perundangan. Beliau aktif di berbagai organisasi, termasuk organisasi yang menangani isu-isu perempuan, seperti “Perempuan Indonesia Maju” dan Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) di mana beliau menjabat sebagai anggota Majelis Kehormatan Periset.
Dr. Riris adalah konsultan di penelitian yang berkaitan dengan isu perempuan seperti di program SWARGA (Strengthening Women's Participation and Representation in Governance in Indonesia) dari UNDP (2014-2015). Beliau juga terlibat dalam penelitian tentang kebijakan otonomi khusus di Papua dan Aceh, serta memberi pelatihan tentang penyusunan undang-undang bagi LSM di Indonesia Timur melalui program Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESSS).
Di tengah berbagai kesibukannya, Dr. Riris juga aktif menulis buku dan jurnal. Beberapa karya beliau yang telah dipublikasikan adalah DPR dan Deficit Democracy, Indonesia’s Public Service and Digital Governance, Indonesian Bureaucratic Reform dan Industrial Revolution 4.0, and Measuring Papua’s Special Autonomy Achievements.
Di bulan November 2013, Dr. Emi dipilih menjadi Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) untuk masa jabatan 2013-2018.
Dr. Emi memiliki gelar Sarjana Administrasi Negara, Magister Kesehatan Masyarakat dan Doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan (YPKP) dan Ketua Bidang Sosial, Kesehatan, & Kesejahteraan Keluarga Dewan Pengurus Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
Di bulan November 2013, Dr. Emi dipilih menjadi Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) untuk masa jabatan 2013-2018.
Dr. Emi memiliki gelar Sarjana Administrasi Negara, Magister Kesehatan Masyarakat dan Doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan (YPKP) dan Ketua Bidang Sosial, Kesehatan, & Kesejahteraan Keluarga Dewan Pengurus Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
Dr. Emi memulai karirnya sebagai bidan di RSU Bukittinggi, Sumatra Barat (1976-1979) lalu berlanjut ke Puskesmas Kabupaten Manokwari, Papua (1979-1982). Di tahun 1982, beliau berpindah ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebagai staf Bidang Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana, sebelum menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh di tahun 1988. Tahun 1993, Dr. Emi bergabung dengan Kementerian Kesehatan di Jakarta.
Pak Ipin memperoleh gelar Master di bidang Administrasi Publik dari University of Southern California, Los Angeles, California, Amerika Serikat, di tahun 1995.
Di tahun 2006, beliau memperoleh tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia sebagai penghargaan untuk masa bakti 20 tahun.
Pak Ipin memperoleh gelar Master di bidang Administrasi Publik dari University of Southern California, Los Angeles, California, Amerika Serikat, di tahun 1995.
Di tahun 2006, beliau memperoleh tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia sebagai penghargaan untuk masa bakti 20 tahun.
Di tahun 2011, Pak Ipin memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk pemasangan implan terbanyak ke 8.009 akseptor KB dalam satu hari di Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Di tahun 2012, Pak Ipin memperoleh angka cum laude dalam Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIII yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS) Republik Indonesia.
Pak Ipin juga menjadi pembicara publik di tingkat lokal dan internasional di pelatihan, lokakarya atau konferensi di berbagai negara seperti Bangkok, India, Cina, Filipina, Australia, dan lainnya.
Beliau memiliki pengalaman luas di BKKBN dan pensiun sebagai aparatur sipil negara di tahun 2018. Pak Ipin telah menjadi bagian dari Dewan Pembina Yayasan Jalin sejak Mei 2021.
All Rights Reserved © JALIN Foundation